kumpulan puisi


Kumpulan puisi:
1
Sedih
Di mana dapat kuutarakan rasa sedih ini?
Saat tangis dan hujan mengguyur hatiku.
Di mana dapat kuutarakan rasa gundah ini?
Saat air mata memintanya untuk keluar.

Hati,
Apakah kau tahu tentang sebuah perasaan?
Menggelora tapi menyakitkan.
Carikanlah aku, sebuah tempat.
Untuk menangis tanpa ramai.
Sepi.

Di mana dapat kuutarakan rasa sedih ini?
Saat semuanya telah usai.
Carikanlah aku, sebuah tempat
Untuk menangis tanpa ramai.
Sedih....

2
Senyum
Garis bibir itu tertarik,
Beberapa senti. Membentuk sebuah garis tipis.
Mata itu menyipit,
Lesung pipit yang tampak,
Ku tahu kau sedang tersenyum.

Tatapanmu itu,
Aduhai, kau tahu itu yang kuharapkan.
Penuh cinta dan kasih.
Garis bibir itu tertarik, membentuk garis tipis.
Dan aku tersenyum padamu.

3
Marah
Jangan,
Sepasang bola matamu memerah.
Urat – uratmu menonjol keluar.
Nafasmu berdengus – dengus.
Tubuh dan tangan gemetar.

Jangan,
Ku bilang...., hentikanlah semua itu.
Amarah menggelora.
Hampir membunuh jiwaku.
Tahukah engkau?

Sepasang bola matamu memerah,
Amarahmu kian menggelora.
Membunuh jiwaku.

4
Bahagia
Tataplah mataku,
Adakah kau lihat rasa cinta?
Lihatlah senyumku,
Adakah kau lihat rasa senang terpancar?
Kau tahu, Sayangku?
Aku bahagia. Saat kau mengecup bibir ini.
Sejuta rasa kudapat. Ah.....,
Aku gila.

Dekatilah aku,
Adakah kau lihat gemetar hatiku?
Resapilah tubuhku,
Adakah kau lihat jiwaku menyatu bersamamu?
Kau tahu, Sayangku?
Aku bahagia.

5
Gelisah
Lihatlah lelaki itu,
Yang wajahnya tertunduk, menatap sepasang kakinya.
Dia...gelisah.
Adakah yang mampu mengusir rasa itu, di dalam hatinya?
Dia...gelisah.
Ah, lelaki itu menengadahkan kepala ke atas...
Menatap langit malam.
Pasti,
Ia berharap Tuhan.
Lihatlah lelaki itu,
Dari atas ke bawah.
Gelisah. Ia gila. Gila dalam gelisah.

6
Putus asa
Barangkali,
Tuhan Menguji.
Barangkali,
Tuhan Membenci.
Barangkali,
Tuhan mengasihi.
Barangkali,
Tuhan Mengampuni.
Barangkali,
Ia tengah putus asa. Dan tak tahu harus bagaimana,
Selain mengumpat Tuhan di dalam hatinya.
Asa.


7
Lihatlah Matahari
Tanyakan pada matahari,
Kapan ia akan terbenam?
Tanyakan pada matahari,
Kapan ia akan terbit?

Andai saja,
Hatiku ini mampu mengurai,
Sebuah cinta, yang percah menjadi serpihan – serpihan kesedihan.
Pengharapan yang tak pasti,
Akan seorang kekasih hati.
Tak kunjung datang.

Kutanya pada mentari,
Kapan kau akan terbenam?
Setelah senja melahapmu, menjadi malam.
Kutanya pada mentari,
Kenapa begitu singkat?
Namun tak sesingkat kisah cintaku. Menanti dalam penantian.
Lembah penantian.

8
Duri dalam Jiwa
Aku sakit,
Hati yang tercubit.
Benar – benar sakit,
Saat kau berkata dengan pahit.
Kau tahu?
Aku sakit,
Jangan kau cubit hati ini.
Jika tidak ingin merasa sakit.
Duri dalam jiwamu,
Akankah selalu kau tanam? Dan kau berikan padaku?
9
Kering
Siramlah,
Puji untukMu, Tuhan.
Tanaman itu telah kering,
Air hujan sepertinya tengah bergundah hati.
Urung,
Tak ada yang peduli padanya.
Sampai batangnya mengering.
Daun – daun yang gugur, mati.
Siramlah,
Tanaman itu kering,
Sebab jiwamu menyatu dengan kekeringan itu.

10
Penantian di Sebuah Pesisir
Sebuah kisah,
Cinta.
Seorang gadis berdiri di tepi pantai.
Menanti kedatangan sang pujaan,
Ia menangis dalam sepi.
Ia tertawa dalam sepi.
Di mana?
Sang pujaan tak pernah muncul,
Hanya ombak yang datang pergi.
Seolah memintanya segera meninggalkan pantai itu.
Ia tak mau,
Percaya akan sebuah janji manis.
Menanti di sebuah pesisir.
Sampai kapankah gadis itu menanti?
Tanpa sesuatu yang pasti.
Terus menanti, sampai ia mati...
Nanti.





Komentar

Posting Komentar

komen dong...yuk!