Cemas berbuntut kegilaan, benarkah?


Cemas Berbuntut Kegilaan, Benarkah?
“Pepatah bijak mengatakan bahwa, awal dari gila adalah kecemasan yang berlebihan.”
_______________
Tuhan menciptakan manusia dengan memiliki rasa yang ada di dalam hati. Pernahkah kau merasa sangat gembira hingga kau merasa seakan jantungmu meloncat ke luar dari dalam rongga dadamu. Atau mungkin sebaliknya, kau pernah merasa sedih yang demikian dalam hingga kau berpikir bahwa hanya dirimulah yang pantas dan dinobatkan sebagai orang paling menderita di dunia. Rasa, menurut kamus Bahasa Indonesia yang artinya adalah ‘Tanggapan hati melalui indera’. Dan perasaan adalah, hasil atau perbuatan merasa dengan panca indera atau juga keadaan batin sewaktu menghadapi atau merasai sesuatu.
Lalu, apakah perasaan yang paling saya dan Anda takuti dan tidak ingin mengalaminya sekalipun, akan tetapi kita malah tidak bisa menahan rasa itu yang pada akhirnya terkadang sebagian banyak orang mengalami kegagalan dalam hidupnya karena mendapat perasaan seperti yang kau alami. Dan apakah Anda pernah berpikir bahwa jika terlampau banyak memiliki rasa ‘itu’ yang mengendap di dalam jiwa Anda, apakah Anda tahu akan efek buruk di belakangnya?
Apakah perasaan itu?
Pernahkah Anda merasakan satu ketakutan yang dalam tanpa sebab oleh pikiran Anda sendiri ketika tengah memikirkan keadaan orang lain, diri sendiri ataupun mungkin sebenarnya tak ada yang perlu Anda takuti? Sesuatu perasaan yang membuat diri Anda tidak tenteram hatinya karena ketakutan tersebut? Apakah sebenarnya rasa itu? Jika saya menguraikan tentang penyakit cemas inilah jawaban dari semua pertanyaan saya kepada Anda. Dapatkah Anda menilai bahwa perasaan negatif seperti inilah yang paling banyak menyebabkan kegagalan di kemudian hari.
Adalah cemas, seperti yang diketahui bahwa cemas itu sebuah penyakit yang melanda perasaan hati dan membuat tidak tenteram karena merasa takut dan gelisah pada sesuatu hal yang mungkin saja terjadi, atau mungkin malah tak akan pernah terjadi. Sehingga seringkali Anda mengatakan pada diri sendiri termasuk saya, seperti dialog di bawah ini;
“Aku cemas, kalau nanti aku tidak bisa menjadi juara 1, pasti ibuku akan marah besar.”
“Aku cemas, kalau-kalau nanti Bos memarahiku hanya gara-gara aku datang terlambat pagi ini.”
“Aku cemas, kalau pacarku memutuskan aku tanpa sebab.”
“Aku cemas, kalau nanti ayahku marah jika aku pulang terlalu malam.”
“Aku cemas, kalau aku tidak bisa membayar hutangmu, dan kau akan membuatku tidak bisa tidur nyenyak.”
Betapa seringnya saya dan Anda sendiri mendengar orang berkata demikian pada kita, atau mungkin orang lainlah yang mendengar kecemasan kita sendiri. Jikalau dicermati kata cemas yang ada dalam dialog tersebut, apakah hal yang patut dicemasi itu sudah kiranya terjadi atau belum terjadi atau mungkin sama sekali tidak pernah terjadi?
Anggaplah jika apa yang dicemasinya itu terjadi, semisal pada kecemasan yang pertama karena takut tidak bisa menjadi juara 1, yang pastinya nanti ibunya akan marah besar. Jika memang apa yang dicemasinya itu benar-benar terjadi dan ia memang benar tidak menjadi juara 1, kemudian saat pulang ke rumah ibunya marah besar. Lalu apa yang harus dilakukan setelah semua telah terjadi, dan memang tidak mendapatkan apa yang telah diharapkan. Apakah Anda harus menangis selamanya? Menangisi kekalahan atau mungkin saja mengumpat diri sendiri atau paling buruknya mengumpat orang lain karena lebih layak mendapatkan kemenangan itu.
Jika memang berpikir kalah terlebih dahulu-lah yang menyebabkan munculnya rasa kecemasan itu. Sehingga menimbulkan rasa gelisah dan takut tanpa sebab ini dan itu, jika semua yang dipikirkannya benar-benar terjadi. Bukankah apa yang tengah dipikirkannya adalah apa yang telah ia siapkan sebelumnya? Yang arti sebenarnya adalah, berarti dia telah mempersiapkan kekalahan terlebih dahulu sebelum perlombaan itu dimulai. Sehingga dia telah menciptakan kegagalannya sendiri dan apa yang diciptakannya bukanlah gambaran kemenangan, melainkan kegagalan. Jadi, siapa yang patut disalahkan dengan kekalahan yang dialaminya? Apakah dia patut menyalahkan orang lain yang membuatnya kalah? Sehingga dia mencari kambing hitam atas kekalahan yang terjadi padanya.
Perlu diketahui dalam dunia kejiwaan, bahwa gangguan cemas menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala somatik, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.[1] Yang dapat membuat seseorang menjadi jatuh dan terhanyut dalam rasa cemas yang dialaminya sehingga menimbulkan gangguan fisik yang terjadi.
Seringkah kalian melihat seseorang menggigiti kuku jemari atau mengetuk-ngetukkan sepatunya hanya untuk mengalihkan rasa cemasnya? Ketika ia tak bisa mengelak dari yang namanya kenyataan yang harus dijalaninya. Kecemasan seperti itulah yang membuat mental kita jatuh terlebih dahulu dan kebanyakan akan menuai kegagalan yang utama. Paling parahnya jika kecemasan yang terjadi itu malah nantinya berbuntut pada kegilaan. Karena dia telah terlebih dahulu menciptakan kekalahan, dan kegilaan sendiri pada dirinya yang secara tak sadari ia telah benar-benar membentuknya.
Apakah yang sebaiknya saya dan Anda lakukan jika mengalami hal yang sama seperti ini? Sulitnya berpikir positif itu membuat kita akan tetap terus terkungkung dalam lingkaran setan kenegatifan perasaan. Jika terlalu larut dalam pikiran dan perasaan negatif makan akan berefek ketidaksehatan mental yang menggerogoti jiwa dan pikiran kita ketika menjalani kehidupan ini. Jika tahap cemas sampai melewati batas sehingga membuat kita sampai bermimpi buruk setiap malam hari, membayangkan kegagalan dan kekalahan sendiri. Maka lambat laun, kegilaan-lah yang akan menduduki posisi utama di dalam diri kita.
Sehingga pada akhirnya tanpa kita tahu dan sadari, kita telah menjadi gila karenanya. Untuk menghindari hal demikian, maka sebelum memulai sesuatu perlombaan atau ajang yang melibatkan diri kita, maka ciptakanlah kemenangan dan bayangkanlah kemenangan terlebih dahulu, sebab itu dapat menghilangkan rasa cemas di dalam diri kita. Ketika kita telah berpikir kemenangan, otomatis tubuh akan memproduksi energi yang kuat dan membuat adrenalin kita meningkat dan lebih dapat membuat kita bersemangat dalam menjalani setiap permasalahan hidup. Namun tak lupa harus diingat, bahwa setiap kita suatu saat akan mendapat kegagalan dan kemenangan, sebab kehidupan yang sejati itu ibarat roda yang berputar. Terkadang di atas dan di bawah. Ciptakanlah jiwa dan mental yang sehat, dan singkirkanlah rasa cemas itu jika saya atau Anda tidak ingin menjadi gila karena mencemasinya.
Sidoarjo, 10 November 2010 (Hari Pahlawan)
*
oleh: Vanny Chrisma W.
[1] Buku Kapita Selekta Kedokteran

Komentar