Jika setitik iman terang namun kembali terlelap


Ada sebuah hal besar dalam hidup kita. Ketika awalnya kita jauh dari agama, keyakinan dan iman. Apapun bentuknya. Jikalau ada, seseorang hamba membutuhkan penjelasan tentang cara bagaimana, apakah ini? apakah harus seperti ini atau itu? lalu bagaimana itu terjadi?
Ketika seseorang hamba yang sangat kehausan akan keingintahuan tentang agama, keyakinan, juga iman, pada seseorang yang dirasa dan dipikir mengerti lebih pintar daripada dia, sekedar hanya untuk menjelaskan. Apakah yang kutulis ini sudah benar? Apakah yang kupikir ini juga sudah benar adanya? Apakah aku bisa membuat ini jauh lebih baik?
Ketika ia membutuhkan bantuan dari yang merasa pintar dan menguasai ilmu-ilmu keagamaan dan sejarah itu sendiri. Saat ia benar-benar mencari bantuan, mencari tahu sebab ia takut tersalah jika ia menuliskan dengan atau tanpa keyakinan yang mantap. Maka, goyahkah keyakinan itu?
Beberapa dari mereka yang kutanya untuk sekedar berkata, "Apa yang harus kulakukan?"
Mereka menjawab, "Kerjakanlah.", dan ketika aku bertanya, "Tapi aku tidak begitu paham bagaimana." ,mereka pun menjawab, "Lihatlah buku-buku yang ada.". ketika aku bertanya lagi, "Tapi bagaimana jika aku tidak tahu tentang sesuatu hal yang tak kutahu?", mereka menjawab, "Tulislah saja.",. kemudian aku bertanya, "Bagaimana aku menulisnya jika tidak begitu paham?", mereka menjawab, "Seperti apa yang kau baca."
Dan cerita tak bisa berkembang. Benar-benar mati. Ketika akhirnya aku berpikir, "Baiklah, aku akan menulisnya. nanti setelah selesai, tinggal mengoreksi dan minta bantuan temanku yang pintar agama."
Ketika aku berusaha mencari nomor kontak teman yang pintar agama itu, bertemulah aku dengan satu teman lana dan aku meminta info agar diberi nomor ponsel temanku yang pintar agama itu. dari telepon, berkirim SMS berkali-kali, tak juga mendapat balasan. aku bertanya lagi lewat pesan, "Bisa kau beri aku nomor orang yang pintar agama?"
tak juga ada balasan. sama sekali. aku tak menyerah. kembali aku bertanya dengan mereka yang setahuku tahu tentang agama. "Ternyata harus dibeginikan." tapi mereka acuh, sebab sibuk dengan pekerjaannya sendiri. padahal, aku sangat membutuhkan pengetahuan dan keyakinan, tentang agama itu.
kemudian aku berhenti. diam, merenung. "Kenapa semua orang tak peduli jika ditanyai tentang agama, ketika ada yang benar-benar ingin tahu dan membutuhkan penjelasan agar menjadi yakin."
jika mereka sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tak menghiraukan seseorang yang meminta bantuannya sekedar menjelaskan "Apa kau tahu?", apakah mereka tidak bisa menjawab dengan jawaban lebih baik?, "Ya, aku tidak tahu banyak mengenai itu." apakah mereka malu hanya untuk menjawab bahwa sebenarnya mereka pula tidak tahu?
lalu, apa yang dapat kujadikan keyakinan dari mereka? yang kupikir paham dan mengerti? jika semua yang kuharap dapat memberikan jawaban. ternyata tak peduli, tak ambil pusing, peduli amat. lalu, dimanakah arti sebenarnya agama kita?
jika setitik iman kembali terang, namun setitik kemudian kembali terlelap. tatkala ia tak mendapatkan jawaban yang pasti. Apakah salah jika tergoyahkan? jikalau begini..., janganlah pernah berkata padaku, kau ahli agama.
Sidoarjo, 04 November 2010

Komentar