kau berkata dalam tiap pesan:
"Pulanglah kamu sekarang, aku ingin berhujan-hujan tuk tenangkan pikiran. sebab kau telah menghancurkanku sedemikian rupa."
malam itu aku menitikkan air mata, entah seberapa banyak derasnya.
kau berkata bahwa usai sudah kisah cinta kita, dan aku akan pergi darimu. ke sebuah tempat yang tak kau tahu, tak ada teman yang mengenalmu. sebab aku sudah lelah berhubungan denganmu.
kau menangis dalam hujan, malam itu, kekasih.
dan terus menghujaniku dengan kiriman pesan, yang tiada habisnya menghancurkan hatiku. pada kau yang tak tahu apa itu makna rasa yang sesungguhnya.
ku tetap mencoba untuk bersabar. menangis dan berteduh hati pada sebuah pengharapan.
kau menangis dalam hujan, aku menangis dalam keasaan. kunanti dirimu lagikah di tempat ini? duduk menyudut dan menyendiri tanpamu, bertanya pada orang-orang,di manakah dirimu? apakah kau sudah pulang? mengikuti langkah sang penjual keliling yang selalu bertengger di bawah pohon. "apakah dia sudah pulang, apa kau lihat sepeda motornya? di mana dia?"
tidak, aku sangat takut kehilanganmu, wahai kekasih. sungguh, laknatlah wanita itu, laknat wanita itu dan laknat wanita itu. yang sempat terucap dari bibirku,untuk meminta pada Tuhan agar kehidupan wanita penghancur itu dirusakkan. tetapi, untuk apa aku berdoa keburukan?
jika aku lah yang patut dipersalahkan dalam hal ini. kuhancurkan impianmu yang setinggi langit, tapi aku berjanji akan menghidupkan kembali impian itu, sebab aku bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi.
kau menangis bersama dengan datangnya hujan yang deras, aku duduk menanti di sudut dinding sambil menangis, memeluk jaketmu yang tertinggal di tempat biasa kita bertemu.
Tuhan, jangan coba kau pisahkan kami. sebab aku sangat mencintainya, jika Kau tak takdirkan aku bersamanya, maka aku akan pergi jauh dan meloncat ke jurang neraka.
cinta ini, demikian pedih nan perihnya. jalan yang tak demikian lurus dan selalu bahagia. di mana iblis selalu saja menyusup di dalam hati.
janji kita, tuk sehidup semati. usaikah?
Tuhan Yang Maha Pengasih, tanamkanlah pada tiap jiwa kami kesabaran mengarungi hidup yang demikian penuh iblis di dalamnya.
tak sedetik pun ku berniat untuk membunuh dirinya, tidak Tuhan! Sebab Kau lah yang tahu akan hati ku yang paling dalam.
Ini adalah kerikil-kerikil dalam dunia percintaan, yang sebagian orang tak menghiraukannya dan menganggapnya seperti sampah.
tetapi, lihatlah dia Tuhan!
lelaki itu menangis bertemankan hujan. tak peduli nanti tubuhnya kian demam. hanya untuk menahan rasa amarah dan mendinginkan kepala, agar ia tak memutuskan tali cintanya.
ia menerabas hujan, sementara aku duduk bertangiskan air mata.
kusadari bahwa ternyata, kita berdua sama-sama menangis. ketika air mata menjadikan peluruh hati, duka. maka malam hari itu, ketika kau telah datang.
aku menggenggam tanganmu erat-erat, dan berkata, "Jangan tinggalkan aku,"
30 Januari 2011
Komentar
Posting Komentar
komen dong...yuk!