Ya Sudahlah...


Katakan, Ya Sudahlah…
Ketika mimpimu yang begitu indah. Tak pernah terwujud…, ya sudahlah.
Saat kau berlari, mengejar anganmu. Dan tak pernah sampai, ya sudahlah…”[Bondan Prakoso]
______________
Lets go to get our dreams!
Kadangkala, ketika kita tengah memiliki impian yang terasa begitu indah dan tinggi. Dan kita merasa telah berusaha demikian kerasnya, memberikan beribu pengorbanan yang terlihat maupun yang tak terlihat. Yang juga terkadang diiringi dengan canda, tawa serta tangisan yang mungkin lebih banyak tangisan yang menyertai perjuangan kita agar dapat meraih impian tersebut. Namun, ketika kita tengah berharap pada Tuhan, memunajatkan diri pada-Nya agar doa kita dikabulkan setelah bersusah payah berikhtiar sesuai perintahnya, dan terakhir kalinya cukup bertawakal atau memasrahkan pada Yang Kuasa. Lalu berhenti, tepat pada titik itu. Tawakal. Berserah diri, pasrah.
Keputusan ada pada Allah Taala.
Dalam arti kamus Bahasa Indonesia, makna ‘Tawakal’ tak lain adalah, berserah kepada kehendak Allah; percaya dengan sepenuh hati kepada Allah. Sebab manusia sudah merasa telah cukup berusaha sampai titik itu, maka setelah itu ia menyerahkannya pada Tuhan begitu mudahnya. Bahkan tak jarang dari kita pun atau Anda mengucapkan atau mendengar perkataan seperti ini;
“Aku sudah cukup berusaha, selebihnya aku pasrahkan pada Allah Taala.”
“Pengorbananku untuk meraih impian ini sudah besar, sekarang aku tinggal menunggu keputusan Allah.”
Dan yang paling parah jika ada yang menyerahkan pada Tuhan namun sekaligus mengutuk Tuhan dengan kata-kata yang keji dan tak pantas didengar. Kita berserah, artinya kita telah siap menerima hasil dari apa yang telah kita upayakan. Apakah nantinya berhasil atau tidaknya. Kita berserah pula berarti menandakan mental kita telah benar-benar siap untuk itu. Mengetahui bahwa kemungkinan berhasil itu pasti ada, begitu pula sebaliknya, kegagalan itu juga tentunya pasti ada. Ada orang berkata bahwa dia menyerahkan semua keputusan pada Tuhannya. Namun ketika ia mendapatkan hasil yang tak seperti yang diinginkannya, maka dia berkoar-koar,
“Tuhan itu tidak adil! Tuhan itu keji! Tuhan itu tak punya perasaan…bla…bla…bla
Segala umpatan pun terlontar dari mulutnya yang busuk dibelakang. Manusia yang tidak siap menerima apapun akhirnya akan menjadi seperti itu. Ia mencaci apapun seenak nya, mencari kambing hitam agar ia tidak dapat dipersalahkan, sebab ia telah merasa berusaha sedemikian hebatnya dan berjuang sampai titik darah penghabisan.
Tahu-tahu, Tuhan tidak mengabulkan doanya. Berikut semua terjadi dikarenakan ia tidak mengerti arti sebenarnya dari kata Pasrah’ itu sendiri. Banyak orang di sekitar kita menjadi gila dan kehilangan kewarasannya persebab ia tidak bisa menerima kenyataan kegagalan yang dialaminya. Karena apa? Karena mereka tidak mengerti sejatinya apa itu bertawakal sesungguhnya. Pasrah, berserah. Menyerahkan segala keputusan pada Sang Khalik. Tidak dapat diganggu gugat, tidak dapat disuap dengan apapun, tidak dapat ditipu.
Pasrah adalah, menyerahkan sepenuhnya. Saya menuliskan beberapa kali agar Anda benar-benar mengetahui makna dibalik pasrah itu sesungguhnya. Ketika kita dapat mengukur upaya kita sedemikian besarnya pengorbanan kita hanya untuk mendapatkan sesuatu itu. Maka, apakah kalian tahu ukuran Tuhan untuk menilai apakah benar bahwa pengorbananmu itu telah cukup dan sudah patut berhenti hanya pada satu titik itu?
Apakah kalian tahu, berapa batas ukuran Tuhan menilai jerih payah kita, atau upaya kita dengan mengusahakan semaksimal mungkin, sehingga kita pantas mengatakan bahwa upaya kita itu memang telah ‘cukup’? sehingga kita patut untuk berhenti. Dan menunggu hasilnya…., yang kita serahkan kepada Tuhan itu.
Lalu bagaimana jika, ternyata dari keputusan Tuhan itu memberikan kita bentuk kegagalan? Dan bagaimana jika, ternyata Tuhan memutuskan untuk memberhasilkan kita sebab kita memang patut untuk mendapatkannya? Jika gagal, apakah yang akan terjadi setelah itu? Bisa ditebak jika Anda-anda sekalian pastinya mengalami kekecewaan yang mendalam, sehingga harus gigit jari dan apa yang telah dikorbankan itu tidak akan pernah kembali lagi. Sia-sia. Mungkin saja, diantaranya mengalami goncangan jiwa, tertekan, depresi hingga sampai kehilangan akal sehatnya. Karena merasa apa yang dimilikinya sudah lenyap.
Salahkah Tuhan memberikan keputusan kegagalan itu? Pada Anda yang sudah seperti sebelumnya berkata, bahwa cukuplah saya berupaya. Dan tinggal menyerahkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apakah ketika gagal, Anda tidak berpikir bahwa mungkin saja apa yang telah diupayakan itu ternyata masih belum maksimal untuk ukuran yang dinilai Tuhan pada Anda. Sehingga mendapatkan kegagalan itu sudahlah pantas untuk Anda terima. Jika berhasil, maka artinya Tuhan telah menilai bahwa upaya Anda memang benar-benar patut mendapatkan hasil karena sesuai dengan ukuran Tuhan. Siapa yang tahu seberapa besar upaya kita, jika yang mampu melihat adalah Tuhan sendiri.
Dan ketika mimpi kita tidak dapat terwujud, bukan berarti kita telah gagal dan berhenti sampai di situ. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa, upayakan semaksimal mungkin untuk meraih mimpi itu. Dan jangan pernah berkata cukup ketika kau hendak ingin berhenti berupaya, sebab itu artinya, kau telah lelah melanjutkan perjalanan pengorbananmu untuk meraih impian tersebut.
Jangan pernah berdalih berkata, “Cukuplah saya berusaha, keputusan saya serahkan kepada Tuhan.”
Sebab yang tahu seberapa besar ukuran Tuhan menilai upaya kita, adalah bukan manusia. Tetapi Tuhan Yang Maha Tahu apa yang kalian kerjakan. Dan Allah Taala berfirman;
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rejekinya.”(QS. Hud: 6)
Ketika kita telah berserah, maka keputusan ada di tangan-Nya. Dan bersiaplah untuk mendapatkan dua kemungkinan, yaitu keberhasilan dan kegagalan. Kemudian ingatlah penggalan dari lirik lagu ini,
Ketika mimpimu yang begitu indah. Tak pernah terwujud…, ya sudahlah.
Saat kau berlari, mengejar anganmu. Dan tak pernah sampai, ya sudahlah
Sidoarjo, 10 November 2010
By: Vanny Chrisma W.

Komentar