Tangisan Ming Yi Tian


MING YI TIAN TAK BISA LAGI BERKATA-KATA
kaku, sesosok tubuh yang baru saja jatuh dari atas perbukitan.

terlunta-lunta dalam derita yang dibuatnya sendiri.

kepala yang pecah oleh hantaman batu, menjemput ajalnya...

dalam hidup ini, nestapa selalu ada

 

         Tak perlu diragukan lagi, selembar surat itu berisi perpisahan. tuk tinggalkan ruang dan waktu, mengapa harus Ming Yi Tian? Mengapa harus dia sekali lagi. sudah sekian lama ia terkubur di dalam sebuah pemakaman, kini..., Ming Yi Tian hidup kembali.

          Tetapi ia tetap menjadi sosok Ming yang sama. menderita karena cinta. perasaan halus yang terluka, tak bisa bertaut dengan dirinya.

          Mengapa sosok gadis itu harus kembali lagi?

 

katakan kepadaku, Ming?

mengapa kau harus bangkit dari tidur panjangmu...

menangislah ia semalaman ketika kutanya,

memori akan sebuah kenangan pahit kembali terbuka,

nestapa...,katanya...

 

           Ming tak menjawab, ia hanya terus menangis

           di sebuah tempat pemujaan,pada malam di mana semua orang kan terlelap

           ia meneteskan air mata bak air hujan yang membanjiri seribu kota di Cina,

           ditanya pun, ia tak akan pernah ingin menjawab

 

katanya, biarkan saja aku sendiri di sini,menangis

hingga mataku terluka dan tak lagi bisa melihat...

              sungguh, Ming...

              derita ia buat sendiri,

dan Ming pun kembali,

Ia menyerahkan nasibnya pada sang lelaki,

yang tak begitu mencintainya...

Ming serahkan dirinya untuk dibunuh oleh lelaki itu,

               Kata Ming Yi Tian, "Biarkan aku mati saja, tak apa."

               terduduk sudah Ming di atas pangkuan lelaki itu,

               Kepalanya pun timbul rasa sakit yang luar biasa,

               Saat ia merasakan pukulan yang membabi buta...

 

Dunia, Mongol...

Padang pasir dan rumput yang luas,

kini menjadi tempatnya berpijak,

menjadi bayangan putih, menanti di sebuah bukit terjal...

di sana...

                 ia berkata pada Langit,

                 Hidup seperti ini, untuk apa?





by: Vanny Chrisma W

14 Desember 2011

Komentar